Rabu, 17 Oktober 2012

Tiga Kisah Tak Terlupakan Bersama PLN


Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi tulang punggung bangsa ini dalam penyediaan energi kelistrikan.  Semenjak ditemukannya listrik, energi tersebut menjadi "kebutuhan pokok" bagi segala lapisan masyarakat.  Apalagi dalam perkembangannya, semua peralatan kini didesain menggunakan energi listrik, mulai dari elektronik hingga otomatif.  Semuanya menjadi serba listrik.  Manusia menjadi sangat bergantung pada listrik.  Akibatnya, begitu PLN gagal memenuhi harapan tersebut, rakyat menjadi geram dan kesal.    Ditambah lagi, gangguan yang berkaitan dengan listrik tersebut sering tidak mengenal waktu dan tempat.  Di saat genting pun, listrik kerap padam tanpa pemberitahuan.   
Hingga saat ini, sudah tidak terhitung rasa sabar saya menghadapi gangguan listrik.  Setidaknya ada tiga kisah yang tidak mungkin terlupakan akibat hal tersebut. 

1.  Ledakan di gardu listrik
Ketika masih di bangku Sekolah Dasar, saya dan keluarga tinggal di rumah yang berdekatan dengan gardu listrik.  Bahkan, kamar saya tepat di sebelah tiang listrik bertegangan tinggi tersebut.  Nah, katika hujan turun, gardu tersebut sering bermasalah.  Petugas PLN yang datang untuk memperbaikinya sering menimbulkan suara ledakan yang membuat ngeri seisi rumah.  Kondisi ini sering terjadi.  Karena trauma, saya sering mengajak keluarga untuk mengungsi ketika ada petugas PLN datang untuk memperbaiki gardu.

2. Mati lampu saat ujian sidang
Ujian sidang merupakan salah satu persyaratan kelulusan sarjana.  Tak terkecuali bagi saya.  Kala itu, saya mepersiapkannya sematang mungkin untuk mempertahankan isi skripsi di hadapan dosen penguji, termasuk materi presentasi.
Tepat hari H, saya memulai presentasi dengan percaya diri menggunakan laptop dan infocus.  Namun, apa yang terjadi.  Baru beberapa slide, tiba-tiba listrik padam.  Ruangan menjadi gelap gulita, dan secara otomatis infocus juga berhenti beroperasi.
Akhirnya, saya harus melanjutkan sidang dengan kondisi seadanya.  Untungnya para dosen penguji bisa memakluminya dan saya lulus dengan nilai A.

3. Kulkas mati sediaan ASI terancam
Sebagai seorang suami, saya mendukung istri untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada sang buah hati kami.  Walau bekerja, istri selalu menyiapkan sediaan ASI di kulkas dalam bentuk beku.  Tujuannya agar dapat disajikan untuk buah hati ketika sang bunda bekerja.
Tapi apa jadinya, ketika kulkas tidak berfungsi akibat mati listrik.  Banyak ASI beku yang akhirnya rusak dan terbuang, karena suhu dingin yang tidak tercapai.  Bisa dibayangkan, bagaimana sedihnya seorang Ibu yang telah bersusah payah memeras ASI nya, dan ternyata akhirnya tidak bisa dinikmati oleh anak.  Untungnya, anak kami masih bisa melaluinya dan lulus ASI eksklusif.  Namun tidak jarang, saya mendengar keluhan yang akhirnya dengan terpaksa, seorang ibu harus memberikan susu formula kepada anaknya akibat rusaknya ASI yang disimpan beku dan tidak tersedia cukup ASI cadangan untuk diberikan kepada anak ketika ibu sedang bekerja.
Padahal Pemerintah melalui PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF dengan tegas menganjurkan pemberian ASI.  Bahkan, pihak-pihak yang tidak mendukung hal tersebut mendapat ancaman hukuman dalam berbagai tingkatan, mulai dai teguran, denda, hingga penjara.

Tiga kisah tadi membuat saya semakin menyadari pentingnya peran Perusahaan Listrik Negara (PLN).  Tentu sangat mustahil untuk mengharapkan instansi tersebut menjadi sempurna, tetapi harapan agar PLN menjadi lebih profesional dan bertanggung jawab tetap ada.    Saya yakin, PLN telah memiliki "sejuta" program untuk menjadi lebih baik.  Namun tidak ada salahnya jika sedikit memberi saran, yang mungkin sebagian telah diakomodasi oleh PLN.

1.  Kembangkan listrik dari sumber daya alam terbarukan, seperti matahari, panas bumi, gelombang laut, arus sungai dan lainnya. 
2.  Kembangkan sistem listrik melalui jaringan bawah tanah, sehingga kabel-kabel listrik tidak lagi menghalangi penghijauan.
3.  Jadikan listrik terjangkau dan ramah, agar bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia

Semoga ke depannya, listrik bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, dan tidak ada lagi anak-anak yang trauma karena ledakan gardu PLN, tidak ada lagi siswa dan mahasiswa yang terhambat prestasinya gara-gara mati lampu, dan tidak ada lagi bayi yang terampas haknya atas pemberian ASI eksklusif.  Selamat berjuang PLN@hendryfri


Senin, 01 Oktober 2012

Juventus Benamkan Roma


Setelah ditahan imbang Fiorentina, sempat membuat Juventini merasa was-was ketika tim favoritnya akan menjamu AS Roma.  Apalagi, tim tersebut dibesut oleh Zdenek Zeman yang diketahui sangat terobsesi mengalahkan Juventus.

Tampil dihadapan sekitar 40.000 penonton, Massimo Carrera menurunkan formasi andalannya 3-5-2.  Trio Barzagli, Bonucci dan Chiellini mengawal gawang yang dijaga Buffon.  Sedangkan di tengah, Cecares menempati posisi Litchsteiner.  Begitupun di kiri, De Ceglie menggantikan peran Asamoah untuk mendampingi Vidal, Pirlo, dan Marchisio.  Di depan, Carrera memilih duet Matri-Vucinic.

Juventus yang memulai babak pertama mendapat tekanan yang ketat dari pemain Roma.  Untungnya, Pirlo dkk berhasil mengatasinya dengan permainan bola dari kaki ke kaki dengan cepat sambil mengatur ritme.
Permainan efektif Juventus mulai mempersulit AS Roma, yang menyebabkan perlanggaran tepat di depan kotak pinalti kiper Stekelenburg.  Tak menyia-nyiakan peluang tersebut, tendangan bebas datar Andrea Pirlo berhasil mengubah kedudukan menjadi 1-0 pada menit ke 11.

Lima menit kemudian, lagi-lagi pemain Roma terpaksa melanggar Claudio Marchisio.  Kali ini tepat di dalam kotak pinalti.  Wasitpun tanpa ampun mengganjar tim ibu kota tersebut dengan tendangan 12 pas.  Vidal yang menjadi algojo mengubah kedudukan menjadi 2-0.

Tertinggal dua gol membuat pemain Roma kehilangan arah.  Bahkan, jika saja tendangan Marchisio tidak diselamatkan mistar gawang, Juve sudah bisa menambah keunggulan lagi.  Namun demikian, toh tidak dibutuhkan waktu lama.  Pada menit 19, umpan cantik Vidal mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Matri, 3-0 untuk Juventus.

Roma mencoba memperbaiki keadaan dengan memasukkan Maurqinhos menggantikan Balzaretti sebelum babak pertama usai.  Usaha tersebut membuahkan hasil dengan sedikit teredamnya serangan Juventus.  Selain itu, sang Nyonya Tua terlihat sudah puas dengan tetap menjaga penguasaan bola.
Memasuki babak kedua, Roma berusaha menyerang dengan kekuatan penuh.  Beberapa peluang berbahaya diperoleh, namun masih bisa dimentahkan oleh Buffon.  Kehadiran Destro yang menggantikan Totti, membuat Roma makin tajam.  Hasilnya ketika Destro dilanggar Bonucci di kotak pinalti.  Wasitpun menghadiahi tendangan pinaliti untuk tim berlambang Srigala tersebut.  Pablo Osvaldo sukses menjadi eksekutor, 1-3.

Serangan Roma yang bertubi, dijawab dengan sebuah serangan balik oleh Juventus.  Barzagli berhasil merebut bola dan menggiringnya hampir setengah lapangan sebelum melepaskan umpan pada Giovinco.  The atomic ant yang menggantikan Matri berhasil memperdaya Stekelenburg dengan gocekan khasnya, 4-1 untuk Juventus.
Kemenangan ini sekaligus memperkokoh posisi Juventus di puncak klasemen.  @hendryfri

Rating Pemain Juventus vs (Roma)


Dengan kemenangan 4-1, sangat sulit untuk menentukan siapa yang terbaik di Juventus kala melawan Roma.  Setiap pemain memiliki peran penting dalam menciptakan kemenangan.  Namun demikian, tidak ada salahnya jika kita menganugerahkan man of the match kali ini pada Andrea Pirlo.  Sempat mendapat kritikan hingga saran untuk beristirahat dan pensiun dari tim nasional, pertandingan melawan Roma menjadi bukti bahwa Pirlo masih berbahaya.  Gol pertamanya dalam pertandingan tersebut telah mengangkat mental pemain lainnya.  Berikut raport pemain Juventus versi www.jasaediting.blogspot.com:

Giunlugi Buffon                                7.0
Walau gagal menghentikan tendangan pinalti Osvaldo, namun Buffon melakukan sejumlah penyelamat gemilang, terutama pada babak II. 

Andrea Barzagli                 7.5
Kali ini Barzagli tidak hanya kokoh di belakang, tetapi juga mampu melakukan solo run hingga setengah lapangan dan memberi umpan manis kepada Giovinco untuk mencetak gol.

Leonardo Bonucci            6.5
Kokoh dalam menjaga Totti dan Lamela.  Sayangnya menjadi penyebab pinalti karena melanggar Mattia Destro.

Giorgio Chiellini                 7.0
Daerah operasi Chiellini yang hingga ke tengah lapangan, membuat pemain-pemain Roma tidak berkutik.

Martin Cecares                 6.5
Tampil menggantikan Litchsteiner, Cecares berhasil memberikan warna tersendiri bagi permainan Juventus.  Jarang mendrible bola, tetapi umpan dan posisinya sering membahayakan tim lawan.

Arturo Vidal                        7.0
Kembali sukses mengeksekusi pinalti dan memberikan umpan bagi gol Matri.  Vidal bermain begitu efektif dan perkasa pada malam tersebut. 

Andrea Pirlo                       7.5
Tendangan datarnya yang menghasilkan gol pertama menjadi pelecut bagi semangat pemain-pemain Juventus.  Selain itu, Pirlo juga berhasil mengatasi tekanan pemain-pemain Roma yang ditujukan kepadanya.

Claudio Marchisio            7.0
Dua kali pelanggaran terhadap dirinya menghasilkan gol.  Satu melalui eksekusi tendangan bebas Pirlo, dan sisanya melalui tendangan pinalti Marchisio.  Hanya saja, dirinya belum beruntung dalam mencetak gol.  Tendangannya masih menerpa tiang gawang dan diselamatkan oleh kiper Roma.

Paolo De Ceglie                 6.5
Beberapa kali melepaskan umpan berbahaya ke kotak pinalti Roma.  Sayangnya belum berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh para penyerang.  De Ceglie juga berhasil mengamankan sisi kiri Juventus, sehingga mau tidak mau Roma harus menembus melalui daerah lain.
Mirko Vucinic                     6.0
Memiliki dua peluang emas mencetak gol.  Tapi, tendangannya masih membentur mistar gawang dan ditepis dengan baik oleh Stakelenburg.  Perlu mengasah ketajamannya lagi.

Alessandro Matri             7.0
Berhasil memanfaatkan kesempatan yang diberikan dengan baik.  Golnya akan membuat Carrera memiliki banyak pilihan di lini depan.
Cadangan
Kwadwo Asamoah          6.0
Masuk untuk memberikan penyegaran.   Walau kontribusinya tidak terlalu kelihatan, tetapi cukup memperkuat lini tengah.

Paul Pogba                          6.0
Menggantikan Marchisio dan sempat melepaskan satu tembakan berbahaya.
Sebastian Giovinco          6.5
Tidak perlu banyak waktu untuk mencetak gol.  Umpan Barzagli berhasil dimanfaatkannya dengan baik.

Massimo Carrera              7
Carrera kembali berhasil menampilkan permainan efektif Juventus.

Catatan:
Rating berkisar antara 1(sangat buruk) hingga 10 (sangat baik).  Diberikan berdasarkan pengamatan pribadi penulis dan tidak mengikat. @hendryfri

Rabu, 19 September 2012

Duel Pertama Antar Dua Pimpinan Klasemen


Pertandingan perdana Liga Champions Grup D langsung mempertemukan dua klub favorit juara musim ini.  Sebagai juara bertahan, Chelsea menjamu Juventus, sang kampiun Liga Italia.  Dan secara kebetulan, keduanya hingga pekan ini (20/09) masing-masing menduduki pemuncak klasemen di liganya masing-masing.  Chelsea masih kokoh di Premiere League, sedangkan Juve tak tergoyahkan di Serie A.



Bertandang ke Stamford Bridge, Massimo Carrera menurunkan formasi normal dengan pola 3-5-2.  Buffon dikawal oleh tiga bek tangguh; Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini.  Sedangkan di tengah, duo sayap Stephen Litchsteiner dan Kwadwo Asamoah mengapit Arturo Vidal, Andrea Pirlo, dan Claudio Marchisio.  Duet Sebastian Giovinco dan Mirko Vucinic dipercaya di posisi depan.
Babak pertama, Chelsea terlihat mendominasi permainan.  Edin Hazard dan Oscar memberikan dukungan penuh kepada Fernando Torres.  Permainan rapat Juventus berhasil diantisipasi dengan baik oleh Chelsea.  Sedangkan Juventus tampak masih menyesuaikan diri menghadapi permainan cepat ala Liga Inggris.  Beberapa kali peluang berbahaya yang dimiliki Torres membuat Buffon dan pemain belakang lainnya berjibaku.  Salah satunya adalah ketika Ramirez berhasil menyisir sisi kanan Juventus dan melepaskan umpan datar matang menuju Torres.  Akibatnya Chiellini dan Bonucci harus menjatuhkan badan guna menahan tendangan yang tepat berada di mulut gawang.  Begitupun tendangan spekulasi Ivanovic yang begitu cantik mengarah ke sudut kanan gawang Buffon tanpa terduga.  Untungnya masih bisa terbaca dengan baik.
Juventus berusaha mengimbangi serangan berbahaya Chelsea.  Salah satunya melalui skenario yang disusun oleh Marchisio.  Sayangnya, Vucinic yang telah berhadapan dengan Peter Cech gagal menempatkan bola dengan tepat.  Begitupun ketika Litchsteiner sudah berada di ruang kosong kotak Pinalti Chelsea.  Umpannya gagal menemui sasaran.  Padahal tiga pemain Juventus dalam posisi terbuka sudah siap menyambut umpan tersebut.
Serangan Chelsea yang memborbardir pertahanan Juve akhirnya membuahkan hasil.  Menit 32, Oscar dengan cerdik melepaskan tendangan yang memantul di kaki Leonardo Bonucci, gol.  Tidak cukup disitu, dua menit kemudian, Oscar kembali menunjukkan kemampuan briliannya.  Dikepung beberapa pemain Juve, dia berhasil berkelit dan kembali melepaskan tendangan melengkung untuk menembus gawang Buffon kedua kalinya, 2-0 untuk Chelsea.
Namun Juventus bukanlah tim semenjana.  Tiga menit kemudian, aksi Arturo Vidal berhasil memperkecil kedudukan.  Tendangannya dari luar kotak pinalti tak mampu dijangkau Peter Cech.  Setelah itu, serangan antara kedua tim datang silih berganti.  Hanya saja, hingga akhir babak pertama kedudukan masih 2-1 untuk keunggulan tuan rumah.

Babak kedua
Memasuki babak kedua, Chelsea kembali mengambil inisiatif serangan.  Agak berbeda dengan babak pertama, kali ini Juve mulai berani keluar dan beradu di lapangan tengah.  Dominasi lapangan tengah Chelsea perlahan mulai kedodoran oleh pergerakan eksplosif Marchisio dan Vidal.
Sadar akan hal tersebut, Roberto Di Matteo melakukan beberapa pergantian.  Di antaranya dengan memasukkan Juan Matta.  Sedangkan Massimo Carrera memutuskan untuk memasukkan Fabio Quagliarela menggantikan Vucinic, Mauricio Isla menempati posis Litchsteiner, dan Alessandro Matri untuk Giovinco secara bertahap.
Hasilnya, sebuah umpan manis dari Marchisio berhasil dimanfaatkan dengan tenang oleh Quagliarela, skor 2-2 untuk Juventus.  Sontak, Juventini yang hadir di London bergemuruh gembira.  Bahkan beberapa menit setelahnya, penyerang berusia 29 tahun tersebut nyaris membawa kemenangan bagi Juventus andai tendangannya tidak menyentuh mistar gawang.
Tingginya ritme permainan setelahnya ternyata tidak mampu mengubah skor.  Hingga peluit akhir dibunyikan, skor masih sama kuat 2-2.  @hendryfri

Rating Pemain (Chelsea) vs Juventus


Baik Chelsea maupun Juventus bermain sangat baik.  Setiap tim memiliki pemain yang bersinar pada malam tersebut.  Sebut saja Oscar yang dua kali membobol gawang Juventus.  Sedangkan di Juventus, secara umum penampilan setiap pemain lebih terlihat merata, terutama di lini tengah.  Vidal, Marchisio, Pirlo, dan Asamoah menunjukkan performa yang mengesankan.  Namun, walau agak berbeda tipis dengan lainnya, tampaknya Marchisio layak menjadi man of the match.  Berikut adalah rating pemain versi jasaediting.blogspot.com:

Giunlugi Buffon                                6.5
Kebobolan dua gol, salah satunya melalui cara yang berkelas.  Namun demikian, beberapa kali mampu mementahkan ancaman dari Pemain Chelsea.  Salah satunya adalah penyelamatan gemilang terhadap tendangan jarak jauh Ivanovic.

Andrea Barzagli                 6.5
Kokoh dan solid.   Membuat Torres dan Edin Hazard tidak berdaya.

Leonardo Bonucci            6
Diantara dua bek lainnya, Bonucci sebenarnya mampu memperlihatkan permainan yang seimbang.  Hanya saja, kesalahannya dalam mengantisipasi tendangan Oscar membuat Juve kebobolan satu gol.

Giorgio Chiellini                 7
Penampilannya melawan Chelsea cukup menjanjikan.  Apalagi didukung oleh Asamoah, menjadikan sisi kiri Juventus cukup aman.

Stephan Litchsteiner      6.5
Menyisir sisi kiri Chelsea, dan bertarung hebat dengan Edin Hazard serta Ramirez.  Beberapa kali mendapatkan kesempatan mengumpan dengan baik, tapi kurang sempurna.

Arturo Vidal                        7
Terpincang-pincang, tapi menjadi pahlawan dengan gol pertamanya.  Bersama Marchisio sangat dominan di lini tengah Juventus.

Andrea Pirlo                       6.5
Tidak bisa memegang bola terlalu lama, karena perannya telah dimengerti betul oleh Di Matteo.  Namun demikian, Pirlo masih mampu mengalirkan bola dengan lancar.

Claudio Marchisio            7*
Bergerak cukup efektifdan jarang kehilangan bola.  Umpan matangnya kepada Quagliarela menjadikan Juventus nyaris membawa pulang 3 poin

Kwadwo Asamoah          6.5
Bahu membahu dengan Chiellini menjaga sektor kiri Juventus.  Hanya saja, dalam penyerangan masih terbentur tembok kokoh Chelsea.  Beberapa kali menunjukkan skill menawannya.

Mirko Vucinic                     6
Sering kehilangan bola, dan seharusnya mencetak gol pada babak I.  Tendangannya melenceng, padahal telah berhadapan langsung dengan Peter Cech.

Sebastian Giovinco          5.5
Cukup mobile, tapi gagal memberikan ancaman yang berarti.  Sering kehilangan bola.

Cadangan
Fabio Quaglirela                6.5
Tidak salah Carrera memasukkannya.  Pergerakannya cukup efektif.  Nyaris mencetak gol kedua jika saja tidak membentur mistar gawang.

Mauricio Isla                       6
Debut dengan menggantikan Litchsteiner.  Sempat melepaskan satu kali tendangan yang mengarah tepat kepelukan Peter Cech

Alessandro Matri             6
Menyegarkan lini depan Juventus, tapi jarang mendapat bola yang membahayakan.
                               
Massimo Carrera              6.5
Pada babak I, Juve terlalu memberikan ruang kepada Chelsea.  Namun babak II, keputusannya sangat tepat dengan memasukkan Quagliarela dan Isla.  Tidak gugup pada pertandingan pertamanya di Liga Champion

Catatan:
Rating berkisar antara 1(sangat buruk) hingga 10 (sangat baik).  Diberikan berdasarkan pengamatan pribadi penulis dan tidak mengikat. @hendryfri

Selasa, 11 September 2012

Rating Pemain (Udinese) vs Juventus


Hampir semua analis menganugerahkan man of the match kepada Sebastian Giovinco dalam pertandingan melawan Udinese.  Ya, The Atomic Ant berhasil menceploskan dua gol, ditambah kontribusinya yang mengasilkan pinalti.  Berikut adalah rating pemain Juventus saat melawan Udinese.

Giunlugi Buffon                  6.5
Beberapa kali mendapatkan ancaman berbahaya, namun berhasil digagalkan.  Gol Udinese yang tercipta, bukan murni kesalahannya.

Andrea Barzagli                 6.5
Tampil solid dan tanpa kompromi.  Sayangnya, pada menit-menit terakhir gagal mengantisipasi terjadinya gol oleh Udinese

Leonardo Bonucci            6
Sebenarnya tampil lebih baik dibanding saat melawan Parma.  Namun, kegagalannya menjaga Luis Muriel telah menyebabkan terjadinya gol oleh Lazzari

Giorgio Chiellini                 6.5
Tampil pertama kali, Chiellini begitu garang.  Hanya saja tidak bisa tampil penuh 90 menit.  Selama pengawalannya, gawang Juventus cukup aman.  Gawang Juve kebobolan setelah Chiellini digantikan

Stephan Litchsteiner          6.5
Membuat sayap kanan Juventus begitu dominan.  Kokoh dalam bertahan, dan kuat dalam menyerang

Arturo Vidal                        7
Tidak hanya sukses mengeksekusi pinalti.  Tapi juga berhasil merusak keseimbangan lini tengah Udinese

Andrea Pirlo                       7
Sang pengatur permainan dan berkontribusi penting pada dua gol Juventus.  Cukup matang dan cemerlang

Claudio Marchisio              7
Kombinasi tiga gelandang tengah Juventus begitu mantab.  Marchisio pun tidak kalah berkontribusi terhadap gol pertama Giovinco.  Tendangan kerasnya tidak bisa dihalau kiper Udinese. Hanya saja, beberapa kali tendangan lainnya masih di luar sasaran

Kwadwo Asamoah           7
Pemain yang membuat lini tengah Juventus lebih lengkap.  Sangat lincah sekaligus kuat

Mirko Vucinic                  6.5
Seharusnya mencetak lebih dari satu gol.  Sayang, masih kurang beruntung.  Perlu lebih tajam di depan gawang

Sebastian Giovinco           8*
Tubuh mungilnya menjadi kekuatan tersendiri.  Susah dijaga, dan pergerakannya begitu licin.  Patut menjadi man of the match

Cadangan
Luca Marrone                    6
Tidak terlalu tampak di lapangan.  Karena pada saat masuk, Juventus sedang mengendalikan permainan
  
Fabio Quaglirela                5
Masuk pada pertengahan babak kedua, seolah ingin menunjukkan kapasitasnya.  Hanya saja, kesannya menjadi terlihat egois.  Namun, terlihat pergerakan tik tak nya dengan Matri bisa menjadi kekuatan di lain waktu

Alessandro Matri              5
Matri memasuki lapangan dengan beban yang agak berat.  Dituntut untuk membuktikan diri karena posisinya mulai terancam.  Akibatnya dia tampil dengan emosi yang membuatnya diganjar kartu merah.

Massimo Carrera              7
Kembali terbukti berhasil membangkitkan permainan pada babak II.  

Catatan:
Rating berkisar antara 1(sangat buruk) hingga 10 (sangat baik).  Diberikan berdasarkan pengamatan pribadi penulis dan tidak mengikat. @hendryfri

Udinese Tak Berkutik Hadapi Juventus


Memasuki minggu kedua, Juventus mendapat tugas berat bertamu ke kandang Udinese. Walau ditinggal beberapa pilarnya yang hengkang pada bursa transfer lalu, Udinese tidaklah bisa dipandang sebelah mata.  Tim ini selalu menghasilkan pemain berbakat yang menjadi incaran tim besar.  Dan jangan lupa, skuad Udinese masih diperkuat oleh Antonio Di Natale, Pablo Armero, dan juga pemain muda berbahaya Luis Muriel.

Babak pertama dimulai dengan duel saling serang antara kedua tim.  Lini depan Nyonya Tua yang dihuni Sebastian Giovinco dan Mirko Vucinic sedikit lebih hidup dibanding saat melawan Parma.  Bola lebih mengalir dari lini tengah.  Hasilnya, Kiper Udinese melanggar keras Giovinco yang berhasil menciptakan gerakan berbahaya.  Brkic tak kuasa menjangkau bola sehingga harus menabrak pemain mungil tersebut.  Akibatnya, kartu merah dan tendangan pinalti menjadi hukuman buat Udinese.
Arturo Vidal yang menjadi eksekutor tidak mengulangi kesalahan.  Gol, 1-0 untuk Juventus.  Bermain melawan 10 orang dan unggul satu gol membuat permainan Juventus lebih santai.  Bianconero memainkan bola dari kaki ke kaki untuk menjaga ritme permainan.

Memasuki babak kedua. Juventus langsung mengendalikan permainan.  Hasilnya, Mirko Vucinic berhasil menggandakan keunggulan menjadi 2-0.  Tidak cukup disitu, Juve terus memborbardir pertahanan Udinese.  Jikalau Vucinic lebih tenang, tampaknya dia bisa hatrick dalam pertandingan tersebut.

Sebastian Giovinco semakin menunjukkan dominasinya kali ini.  Sebuah bola rebound hasil tendangan keras Claudio Marchisio berhasil dikonversi menjadi gol.  Setelah itu, kesalahan kiper pengganti Padelli membuat Andrea Pirlo dengan leluasa mengumpan Giovinco yang berdiri kosong.  Gol, Juve memimpin 4-0.
Seolah ingin memberikan kesempatan pada Alessandro Matri dan Fabio Quaglirela, Massimo Carrera langsung memasukkan keduanya menggantikan Giovinco dan Vucinic.  Terlihat Matri maupun Quaglirela berusaha keras menunjukkan kemampuannya. Tapi, alih-alih menambah gol.  Juventus malah kebobolan oleh pergerakan Luis Muriel dan Andrea Lazzari.  Akhirnya pertandingan ditutup dengan skor 1-4 untuk kemenangan Juventus.  @hendryfri

Selasa, 28 Agustus 2012

Rating Pemain Juventus (vs Parma)


Pertandingan perdana tidaklah selalu mudah untuk dihadapi, apalagi bagi punggawa baru.  Dalam partai pertamanya, di kubu Juventus  ada dua pemain baru yang menjadi starter, yakni Sebastian Giovinco dan Kwadwo Asamoah.  Kredit khusus diberikan kepada Kwadwo Asamoah.  Walau tidak mencetak gol, namun keberadaannya benar-benar sangat berarti bagi Juventus dalam pertandingan tersebut.  Namun demikian, man of the match penulis anugerahkan kepada sang Kapten, Claudio Marchisio, yang telah berhasil memimpin rekan-rekannya meraih kemenangan.

Berikut adalah rating pemain dan pelatih dalam pertandingan melawan Parma:
Storari                                  7
Cukup sukses menggantikan Buffon.  Terbukti dengan keberhasilannya menjaga keperawanan gawang Juventus.  Beberapa kali melakukan penyelamatan gemilang.
Leonardo Bonucci            6
Sebenarnya sangat kuat di belakang.  Tetapi, salah satu kesalahannya nyaris menguntungkan Parma.  Tercatat, Bonucci juga melakukan kesalahan yang hampir sama dalam dua pertandingan sebelumnya.  Bahkan, berbuah gol ketika melawan Napoli.
Luca Marrone                    6.5
Tidak sedikitpun terlihat gentar bermain berdampingan dengan Bonucci dan Barzagli.  Sangat tenang dalam memotong pergerakan-pergerakan berbahaya pemain lawan.   Beberapa kali melakukan penghadangan penting.
Andrea Barzagli                                6.5
Seperti biasanya, cukup kokoh di belakang.  Jarang sekali terlewati oleh pemain lawan.
Stephen Litchsteiner     7
Pencetak gol pertama Juventus musim ini.  Tampil sangat mengesankan, baik dalam memberi umpan ataupun menerobos pertahanan lawan.  Menjadi solusi di tengah kebuntuan. 
Arturo Vidal                       6.5
Walau gagal mencetak gol melalui pinalti.  Vidal tetaplah Vidal yang penting bagi lini tengah Juventus.  Berhasil memutus bola lini tengah Parma, dan cukup membantu serangan.
Andrea Pirlo                      7
Akhirnya tidak perlu menunggu waktu lama gol Pirlo musim ini.  Tendangan bebasnya, walau menjadi perdebatan, menjadi bukti bahwa eksekusi bola matinya masih maut.  Selain itu, dia mengontrol permainan Juventus dengan baik.
Claudio Marchisio           7.5*
Sang Kapten, setelah Giunlugi Buffon dan Giorgio Chiellini berhalangan tampil.  Penampilannya cukup "meledak" dan berhasil menginspirasi rekan-rekannya melalui gerakan spektakulernya.  Sangat layak menjadi man of the match
Kwadwo Asamoah          7
Kombinasinya dengan Litchsteiner cukup mengagumkan.  Dalam pertandingan tersebut, Asamoah menjadi kekuatan baru bagi Juventus.  Selain berperan penting dalam penyerangan, juga kokoh dalam bertahan.
Mirko Vucinic                    5.5
Beberapa kali mendapatkan peluang emas, bahkan salah satunya sudah berhadapan dengan kiper.  Sayang tendangannya melambung.  Jarang sekali tendangannya yang mengenai sasaran.
Sebastian Giovinco         5.5
Pergerakan lincahnya berhasil diredam oleh pemain Parma.  Selain itu, tampak kurang padu dengan teman duetnya.
Pergantian         
Alessandro Matri             5.5
Tidak memberikan dampak yang berarti
Simone Padoin                 6
Tidak bermain sebaik Litchsteiner
De Ceglie                            5.5
Tidak terlalu tampak dalam pertandingan tersebut
Pelatih 
Massimo Carrera             6.5
Sukses menggantikan Conte di pertandingan pertama.  Berhasil mengatasi kebuntuan anak asuhnya setelah jeda babak pertama. 

Catatan:
Rating berkisar antara 1(sangat buruk) hingga 10 (sangat baik).  Diberikan berdasarkan pengamatan pribadi penulis dan tidak mengikat. @hendryfri

Kemenangan Penting di Pertandingan Perdana


Memasuki musim 2012/2013, Juventus kembali dihadapkan pada lawan perdana yang sama dengan musim sebelumnya, Parma.  Pertandingan tersebut tentu sangat spesial bagi Sebastian Giovinco, karena jika 2011/2012 dia mengenakan kostum biru kuning, kini dia berseragam hitam putih.

Menggantikan Antonio Conte, Massimo Carrera mengambil kendali melalui pinggir lapangan.  Dia menurunkan formasi 3-5-2.  Cederanya Giunlugi Buffon, memberi kesempatan bagi Marco Storari untuk menjaga gawang Juventus, dengan dikawal oleh Leonardo Bonucci, Luca Marrone, dan Andrea Barzagli.  Di tengah, Carrera tetap mengandalkan Arturo Vidal, Andrea Pirlo, dan Claudio Marchisio.  Diperkuat oleh Stephen Litchsteiner di kanan dan Kwadwo Asamoah di kiri.  Sebagai penyerang, Carrera mempercayakan duet Mirko Vucinic dan Sebastian Giovinco.

Parma tampak bergitu hafal dengan permainan Juventus.  Pada babak pertama, walau penguasaan bola dipegang oleh Juventus, tapi Parma berhasil mengantisipasi permainan Juventus.  Begitu bola dikuasai bianconeri, hampir semua pemain Parma merapat ke garis pertahanan untuk menutup ruang.  Dan ketika Parma berhasil merebut bola, dengan cepat Bibiany dkk. memberikan ancaman bagi lini belakang tim Zebra.  Untungnya Marco Storari berhasil menggantikan peran Buffon dengan baik.  Begitupun lini belakang Juventus.  Penampilan Luca Marrone malam itu, menjadi jawaban atas latar belakang eksperimen Conte menempatkannya sebagai bek tengah.

Salah satu kesempatan emas yang disia-siakan Juventus pada babak pertama, adalah keberhasilan Antonio Mirante membaca tendangan pinalti Arturo Vidal.  Setelah itu, ancaman pemain Juventus belum terlalu membahayakan kiper yang pernah merumput di Juventus tersebut.

Babak kedua
Memasuki babak kedua, Carrera tampaknya masih percaya dengan susunan pemain babak pertama.  Tidak ada satupun pergantian yang dilakukan.  Bedanya, kali ini Juventus bermain lebih melebar.  Berkali-kali Litchsteiner dan Vidal di kanan dan Asamoah di kiri menyisir sayap Parma.  Hasilnya, suatu waktu Asamoah berhasil menusuk sisi kiri pertahanan Parma dan melepaskan umpan ke dalam kotak pinalti.  Ketika semua pemain fokus menjaga Vucinic dan Giovinco, muncullah Litchsteiner yang secara tiba-tiba menerobos hingga ke depan gawang dan "Goool".  Sebuah kombinasi dari dua orang pemain sayap yang cukup sukses.
Juventus semakin mengendalikan permainan.  Pelanggaran tepat di mulut kotak pinalti Parma tidak disia-siakan oleh Andrea Pirlo.  Melalui tendangan menyusur tanahnya, walau berhasil ditangkap oleh Mirante, namun hakim gawang menilai bola telah melewati garis, 2-0 untuk Juventus.

Roberto Donadoni tidak tinggal diam.  Dia memerintahkan pasukannya untuk keluar menyerang dengan berbagai cara.  Lagi-lagi, Marco Storari berhasil mementahkan beberapa tendangan pemain Parma. Catatan khusus kembali perlu diberikan kepada Leonardo Bonucci.  Seperti dua pertandingan sebelumnya, kali ini dia juga nyaris membuat kesalahan fatal, ketika bola yang seharusnya diamankan justru direbut oleh sayap Parma.  Akibatnya, sebuah tendangan keras nyaris berbuah gol.  Untungnya, Storari masih kokoh.  Di luar kesalahan tersebut, tiga defender Juventus bermain cukup lugas.  Tidak sedikitpun terlihat rasa canggung pada Marrone dalam menggantikan posisi seniornya, Giorgio Chiellini.

Mengamati perkembangan yang ada, Carrera tampaknya berusaha mengembalikan kendali Juventus.  Litchsteiner yang mulai kelelahan digantikan oleh Simone Padoin, sementara Vucinic digantikan Alessandro Matri.  Sementara itu, Parma mulai menemukan celah pertahanan Juventus.  Mereka mulai memborbardir melalui sayap kanan dan kiri pertahanan Juventus untuk membuka ruang di tengah serta membongkar kerapatan trio Bonucci-Marrone-Barzagli.

Carrera bukannya tidak sadar dengan strategi Donadoni.  Ketika Giovinco cedera, dia segera mengambil kesempatan pergantian terakhir dengan memasukkan De Ceglie, yang notabene-nya adalah bek kiri.  Dengan demikian, Parma berhasil diredam hingga menit akhir, 2-0 untuk kemenangan Juventus. @hendryfri

Minggu, 12 Agustus 2012

Ujian di Beijing


Pertandingan Supercoppa Italia antara Juventus vs Napoli ,12 Agustus 2012, menjadi hiburan tersendiri bagi penggemar sepakbola Italia.  Menariknya, walau Juventini menguasai Stadion Nasional Beijing, ternyata tidak membuat Napoli berkecil hati.  Mereka malah memberikan perlawanan yang sengit dan merepotkan Juventus.  Poin lebih patut disematkan pada Striker Napoli, Edison Cavani, yang seolah tidak kenal lelah dalam menyerang dan membantu pertahanan.
Tanpa didampingi oleh allenatore Antonio Conte, dalam pertandingan tersebut Juventus cukup diimbangi oleh Napoli.  Bahkan kelalaian lini belakang Juventus berbuah dua gol bagi Napoli.  Belum lagi tiga peluang lainnya yang diakibatkan kesalahan antisipasi Bonucci, yang untungnya dapat digagalkan oleh Giunlugi Buffon.

Berikut adalah evaluasi tiga lini Juventus:

Lini Belakang
Trio lini belakang Juventus tampak tidak padu dan tidak menunjukkan kelasnya.  Beberapa kali Bonucci berhasil merebut bola ketika berhadapan satu melawan satu dengan Cavani atau Pandev.  Namun, tidak sedikit juga kesalahannya yang bahkan berbuah dua gol dan dua peluang emas lainnya bagi Napoli.  Dua gol Napoli adalah kesalahannya.  Sebagai bek di posisi sentral, Bonucci seharusnya berada di posnya dan menutup ruang gerak Cavani pada gol pertama.  Sedangkan pada gol kedua, andai lebih tenang, Bonucci tentu sudah bisa membuang bola jauh dari jangkauan Pandev.

Lini tengah
Kali ini, pelatih sementara Juventus Massiom Carrera menempatkan lima orang di posisi gelandang, pola yang sering diterapkan oleh Antonio Conte.  Trio MVP (Marchisio, Vidal, dan Pirlo) plus Litchsteiner di kanan dan Kwadow Asamoah di kiri bermain agak tertekan.  Mengingat hampir sepanjang pertandingan lini tengah Napoli bertahan di 3/4 terakhir lapangan.  Selain itu, lini tengah Juve juga gagal memberikan umpan brilian kepada duet Matri dan Giovinco.  Tidak seperti biasanya, ketika lini belakang lawan tertutup rapat, lini tengah Juve kali ini tidak bisa memberikan umpan terobosan baik melalui teknik cungkil ataupu memanfaatkan ruang kosong.  Tidak hanya itu, tendangan jarak jauh untuk memberikan ujian kepada kiper lawan juga tidak terlalu membahayakan.
Namun demikian, kehadiran Kwadwo Asamoah tampaknya akan menjadi kekuatan baru bagi Juventus.  Dia kuat bertempur dan cukup lincah.  Satu gol indahnya memberikan peringatan yang cukup keras bagi calon lawan-lawan Juventus selanjutnya.

Lini Depan
Alessandro Matri yang diturunkan berduet dengan sebastian Giovinco benar-benar terkunci tadi malam.  Untunglah, walau belum optimal dan sering terjatuh, Giovinco masih cukup berkontribusi.  Kelincahannya telah membuat Zuniga di kartu merah.  Kehadiran Vucinic sedikit menghidupkan ketajaman Juventus.
Ke depannya, jika tidak mencari penyerang baru, Juve perlu meningkatkan kerja sama dan kesepahaman untuk menopang lini depan.  Karena, praktis Matri sebagai ujung tombak jarang mendapatkan bola berbahaya.  Tentu Juventini merindukan penyerang sekelas Trezeguet, Inzaghi, Vieri, dan Alessandro Del Piero.  @hendryfri

Selasa, 19 Juni 2012

Juventus, Mengevaluasi Musim 2011-2012



Di tengah hingar bingar kesuksesannya, Juventus dihadapkan tantangan baru pada musim mendatang.  Coach Antonio Conte dituntut untuk mempersiapkan pasukannya lebih matang dengan amunisi dan taktik lebih bervariasi, jika kembali ingin meraih sukses lebih.  Apalagi, musim depan, Juventus akan berkompetisi di Liga Champion.  Rekor tidak terkalahkan di serie A tak boleh membuat para punggawa Bianconeri terlena.  Menjelang akhir musim banyak tim yang mulai memahami cara untuk mengantisipasi dan meredam kehebatan tim asal kota Turin ini.  Dan puncaknya adalah keberhasilan Napoli memecahkan rekor tak terkalahkan di ajang final Coppa Italia.  Oleh sebab itu, Antonio Conte dituntut mencari alternatif taktik ketika menghadapi kebuntuan. 

Berikut adalah evaluasi tim selama mengarungi kompetisi serie A dan Coppa Italia 2011-2012.

Kekuatan
- Lini tengah yang kreatif dan solid.  Kedatangan Andrea Pirlo ternyata membawa pengaruh berarti.  Apalagi kemudian Cloudio Marchisio dan Arturo Vidal mampu mengimbangi dengan penampilan impresifnya.   Selain mengendalikan, lini tengah Juventus juga sering menjadi alternatif pencetak gol penentu di tengah kebuntuan para penyerang.  Belum lagi dukungan dua sayap yang juga signifikan.  Walau tidak terlalu istimewa, namun kehadiran Simone Pepe, Martin Cacares, dan Stephen Litchsteiner -di kanan, serta Emanuelle Giaccherini, Paolo De Ceglie, dan Marcello Estigarribia -dikiri,  cukup membantu.  Setiap pemain memiliki kelebihan tersendiri.  Misalnya Pepe dengan gocekan dan keberuntungannya; Cacares dan De Ceglie dengan keakuratan umpannya; serta Litchsteiner, Giaccherini, dan Estigarribia yang memiliki kecepatan. 
- Lini belakang yang tangguh.  Trio Giorgio Chiellini, Andrea Barzagli, dan Leonardo Bonucci memberi ketenangan tersendiri bagi Kiper.  Permainannya tidak mengenal kompromi dan cukup bersih.  Bahkan, Barzagli adalah salah satu pemain yang paling sering bermain musim lalu, selain Andrea Pirlo.

Kelemahan
- Andrea Pirlo merupakan kekuatan, sekaligus bisa menjadi kelemahan Juventus.  Selama kompetisi 2011-2012, tercatat hanya satu kali Juventus tanpa kehadirannya.  Itupun, dikarenakan akumulasi kartu.
- Lini depan yang angin-anginan.  Tercermin dari minimnya kontribusi gol sektor ini.  Selain Mirko Vucinic, terlihat Juventus tidak memiliki penyerang utama.  Antonio Conte masih menimbang-nimbang antara Alessandro Matri, Fabio Quaglirela dan juga Marko Boriello.
- Beberapa bakat belum termanfaatkan dengan baik.  Juventus memiliki bakat-bakat yang belum dioptimalkan, sebut saja Milos Krasic, Eljario Elia, hingga Luca Marrone.  Antonio Conte tampaknya lebih memilih bermain aman dengan hampir selalu memilih pemain dengan kemampuan teruji. Beberapa kali kesempatan memang diberikan, tapi tak cukup waktu bagi mereka untuk membuktikan.

Dengan menimbang kekuatan dan kelemahan tersebut, sudah selayaknya Antonio Conte dan Giuseppe Marotta (Direktur Umum) mempertimbangkan kebutuhan pemain guna menyambut edisi mendatang.  Strategi Marcato yang tepat akan sangat menentukan prestasi musim depan. @hendryfri

Minggu, 15 Januari 2012

Contoh Hasil Terjemahan 2

Informasi Terbaru dari Juventus Primavera & Tim Junior: Lebih Dekat Mengenal Schiavone dan Padovan

January 9, 2012
Diterjemahkan (dengan sedikit modifikasi) dari artikel Adam Digby oleh @hendryfri

Hingga pekan ini tidak ada pertandingan yang akan dilakukan oleh tim Primavera.  Di tengah minimnya berita dari Bianconeri junior, Adam Rigby memanfaatkannya untuk mengulas dua pemain kunci Primavera, yakni Andrea Schiavone dan Stefano Padovan. 

Para pemain junior (di setiap tingkatan usia) saat ini masih libur musim dingin.  Hal ini memungkinkan kita untuk membahas lebih rinci pemain yang menunjukkan kecemerlangannya di tim Primavera.  Selepas liburan, para pemain dituntut untuk memberikan kemampuan terbaiknya, karena akan segera menghadapi pertandingan panas, termasuk  pertemuan melawan Fiorentina.
Satu kali pertandingan liga dan dua kali di Coppa melawan La Viola akan sangat menentukan perjalanan musim ini kedepannya.  Marco Baroni membutuhkan penampilan terbaik dari timnya.  Termasuk dari dua punggawa asli Turin berikut

Andrea Schiavone
Telah menemukan bintangnya sejak usia sangat dini, Schiavone selalu mampu bermain di tingkat lebih tinggi dari level seharusnya dia berada.  Dia mampu menembus Allievi Nazionali (U-17) ketika masih berusia 13 tahun, dan membuat debutnya di Primavera pada usia masih 17 tahun (2010).  Walaupun mungkin bukan dianggap sebagai sesuatu yang produktif di negara lain (bahkan di tim Italia lainnya), namun ingat bahwa dia melakukannya sangat sering di Juventus junior.
Walau pemain muda dan timnya nyaris diabaikan pada era Alessio Secco, namun dia masih mampu menunjukkan penampilan yang memikat dan dapat membuat pengaruh.  Seiring dengan perkembangan karirnya, Schiavone semakin menunjukkan bakatnya, bahkan telah dibandingkan dengan Andrea Pirlo oleh Massimo Maddalone -pelatihnya ketika masih di Regionali (U-15).  Delapan belas bulan kemudian, pelatihnya di Allievi menyamakan dia dengan Daniele De Rossi.  Bahkan pada akhir musim pelatihnya berkata "Saya percaya bahwa Schiavone akan bermain baik untuk Primavera.  Dia tidak akan menghadapi masalah dengan peningkatan fisik, kakinya kuat, perkasa di udara dan baik dalam melakukan tackle.  Tendangannya juga bagus, terutama kaki kanan.  Dia adalah salah satu permata Juve".
Dengan pertandingan debut yang selalu sukses (dia tercatat memberikan dua assist dalam penampilan pertama di Primavera), teknik individu Schiavone telah terbukti hebat.  Dia memiliki prospek untuk menjadi pemain seperti Claudio Marchisio dan Raffaele Palladino yang mampu menembus tim utama. 
Schiavone melakukan tugasnya dengan baik, mengambil ban kapten setelah Alberto Libertazzi cedera dan memimpin tim menjadi tidak terkalahkan.  Bersama partnernya Yussif Chisah, dia mengawal formasi 4-2-3-1.  Schiavone telah bermain 12 kali dari 13 pertandingan liga dan tiga dari empat pertandingan Coppa.
Schiavone adalah satu dari sedikit pemain yang jarang mengalami rotasi dari Baroni.  Dia mampu menjadi filter bagi pertahanan, sekaligus kadang membuat gol krusial bagi timnya.  Dia berhasil mencetak tiga gol di liga dan mengambil pinalti penting dengan tenang, saat melawan Napoli di Coppa.

Stefano Padovan
Jika gol adalah bonus dari Schiavone, maka bagi Stefano Padovan (17 tahun), gol sudah menjadi sesuatu yang sering diberikannya.  Dengan tinggi badan 1.86 meter, striker kelahiran Turin ini merupakan ujung tombak dengan sentuhan yang mematikan.  Hal ini terbukti dengan 4 gol dalam dua pertandingan terakhirnya menjelang libur musim dingin.  Total, dia sudah mencatatkan 7 gol dalam 9 penampilannya.  Rata-rata dia mencetak gol setiap 82 menit.
Padovan menjadi tidak terhentikan semenjak Libertazzi cedera.  Bahkan Padovan dipanggil pelatih tim nasional Azzurini, Alberigo Evani,  untuk menghadapi Ukraina.  Dan dia pun membayar kepercayaan tersebut dengan mencetak dua gol -dari lima gol kemenangan Italia, dalam 80 menit penampilannya di lapangan.

Kepemimpinan di Bianconeri berubah dalam dua tahun terakhir.  Beppe Marotta terlihat sangat senang dengan perkembangan Schiavone dan Padovan.  Dia juga memberikan pelatih terbaik untuk mengembangkan skuad junior.  Kini, tantangan bagi skuad muda untuk menjawabnya.
Al Kass International Cup
Dimulai sejak  9 Januari hingga 17 Januari, Tim Juventus  usia 17 yang dipimpin Fabrizio Del Rosso akan berpartisipasi di Al Kass International Cup, yang diprakarsai Al Kass,  Spire Zone Foundation and Qatar Football Association.   Kejuaraan tersebut adalah yang pertama dan rencananya akan diadakan setiap tahun dalam rangka mendukung promosi Qatar untuk menyelenggarakan Piala Dunia pada 2022.   Berikut adalah skuad Bianconeri  Allievi yang dibawa.    Juventus akan berhadapan dengan tim seperti  Ajax, Barcelona dan PSG.
Kiper: Gianmarco Vannucchi, Leonardo Citti
Bek: Rodolfo Cifarelli, Pol Garcia, Alessandro Mannai, Filippo Penna, Michele Somma, Christian Tavanti
Gelandang: Stefano Antezza, Eros Castelletto, Fabio Coviello, Dejan Danza, Matteo Gerbaudo, Federico Mattiello
Penyerang: Simone Agostini , Edoardo Ceria, Stefano De Crescenzo, Zoran Josipovic, Gabriele Moncini, Giuseppe Ponsat

Artikel Asli

‘Juventus Primavera & Youth Sector’ Latest: Presenting Schiavone & Padovan – Setting Primavera’s Pace

Without any games until this week-end and training only just resuming, the lack of young Bianconeri news was taken as an opportunity by our resident expert Adam Digby. Busy as ever, he profiles two more players to have played key roles in the Primavera side this season: Andrea Schiavone and Stefano Padovan. Read on to find out if the kids are future champion material.


The Campionato (at every age level throughout the Settore Giovanile) remains on its Winter Break, allowing us to continue where we left off last week and fill in some details on the youngsters making an impression at the Primavera level. The squad will need to be firing on all cylinders when games resume, given that Juve’s post-break fixtures include two back-to-back encounters with the only side to beat them this term, Fiorentina.
The league and Coppa double-header vs. La Viola shapes up to be a defining one in their season, and with the 2012 Viareggio Cup looming large, Marco Baroni will require nothing less than the best from his team. These two Turin natives represent just that.

Andrea Schiavone

Tipped for stardom from a very early age, Schiavone has always found himself playing at a higher level than his years should allow. He broke into the Allievi Nazionali (U-17) when still only 13 and made his Primavera debut in early 2010 at just 17 years of age. Whilst this may not be considered prolific progress in other countries (or indeed other Italian teams, even), remembering he has done so during the Juve Youth Sector’s perhaps worst-ever period makes the achievement even more remarkable.
Indeed, with the young players and their teams almost entirely neglected during the Alessio Secco era, it is highly impressive the Turin-born midfielder has still managed to make such an impact. As his fledgling career has progressed, Schiavone has adapted his game accordingly, from being compared to Andrea Pirlo by Massimo Maddaloni – his then coach in the Giovanissimi Regionali (U-15) – as far back as 2008 to the Allievi coach eighteen months later, Domenico Maggiora, likening him to Daniele De Rossi. The manager said of him last season:
I am convinced that Schiavone will play well with the Primavera, he will have no problem with the increased physicality. He is an excellent player with great feet, is strong in the air and the tackle, while also having a great shot, especially with his right foot. He really is one of the jewels of Juve.
Having always enjoyed successful debuts (he registered two assists on his bow for the Primavera, under Giovanni Bucaro’s predecessor Luciano Bruni), Schiavone’s technical skill is clearly evident as he looks to emulate players like Claudio Marchisio and Raffaele Palladino while he makes the leap into the first team. He may find his path there blocked however, with Gabriel Appelt and Luca Marrone(within the club’s ranks) and the out-on-loan Manuel Giandonato (currently with Lecce) already set to fill in for the magnificent M-V-P trio of Marchisio, Arturo Vidal, and Pirlo.
Schiavone is doing his best to jump the queue though, taking over as captain in the absence of injured Alberto Libertazzi and leading the incredible unbeaten run enjoyed by Baroni’s team. He has formed a superb midfield partnership with Yussif Chibsah, anchoring the 4-2-3-1 formation alongside the Ghanaian to great effect. Schiavone – who turns 19 in February – has played twelve of the team’s thirteen league fixtures to date, as well as three of their four Coppa ties.
One of the only players not to suffer from the seemingly endless rotation employed by Baroni, the youngster has already featured in as many games this term as he did in the whole of the previous campaign. He has kept his place not only through industriously providing a strong filter for the defence, but also key goals and thus valuable points to his team. He enjoyed none of his three league strikes with more delight though, than his coolly-taken penalty in the Coppa Italia Quarter-Final tie against Napoli.

Stefano Padovan

If goals have been a bonus from Schiavone, then for the 17 year-old Stefano Padovan they have become almost automatic. Already standing 1.86 meters, the Turin-born striker not has not only already developed the physical characteristics of a typical prima punta, he has the lethal finishing touch of one too. Notching 4 goals in his last two appearances to enter the Winter Break with an overall record of 7 in nine games, his strike rate becomes even more remarkable when taking playing time into account, equating as it does to a goal every 82 minutes.
Studying to become a surveyor as well as playing, Padovan has been simply unstoppable since the injury to Libertazzi freed up a spot in the line-up, to the point where the latter will find reclaiming his place no longer the formality it has been in previous seasons. Padovan’s fine form has led to further progression in the Azzurrini set-up as well, with U-18 coach Alberigo Evani giving him his debut against the Ukraine last week, at the Memorial Valentin Granatkin tournament in St. Petersburg. His scoring streak continued, with the player netting two more goals and playing 80 minutes during Italy’s 5-0 victory.
The Bianconeri leadership has changed its approach over the last two years, Beppe Marotta making clear the desire to see young players such as Schiavone and Padovan progress to the first team, and investing heavily in players for the Settore Giovanile once again. By also providing coaches of a standard befitting the genuine quality now found within the junior squads, Juventus finally have men in whom they can entrust the future of these players. Now they must continue to deliver.

Al Kass International Cup

Starting today – January 9 – Juventus Under-17′s, led by Fabrizio Del Rosso will take part in the Al Kass International Cup, hosted by Al Kass, the Aspire Zone Foundation and the Qatar Football Association. It is the first edition of an annual event that the nation hopes to use as its first foray into international football in the build-up to the World Cup 2022. Below are the players, drawn largely from the Bianconeri’s Allievi squad, chosen to represent the club in the tournament that ends on January 17 and features teams such as Ajax, Barcelona and PSG.
Goalkeepers: Gianmarco Vannucchi, Leonardo Citti
Defenders: Rodolfo Cifarelli, Pol Garcia, Alessandro Mannai, Filippo Penna, Michele Somma, Christian Tavanti
Midfielders: Stefano Antezza, Eros Castelletto, Fabio Coviello, Dejan Danza, Matteo Gerbaudo, Federico Mattiello
Forwards: Simone Agostini , Edoardo Ceria, Stefano De Crescenzo, Zoran Josipovic, Gabriele Moncini, Giuseppe Ponsat