Rabu, 17 Oktober 2012

Tiga Kisah Tak Terlupakan Bersama PLN


Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi tulang punggung bangsa ini dalam penyediaan energi kelistrikan.  Semenjak ditemukannya listrik, energi tersebut menjadi "kebutuhan pokok" bagi segala lapisan masyarakat.  Apalagi dalam perkembangannya, semua peralatan kini didesain menggunakan energi listrik, mulai dari elektronik hingga otomatif.  Semuanya menjadi serba listrik.  Manusia menjadi sangat bergantung pada listrik.  Akibatnya, begitu PLN gagal memenuhi harapan tersebut, rakyat menjadi geram dan kesal.    Ditambah lagi, gangguan yang berkaitan dengan listrik tersebut sering tidak mengenal waktu dan tempat.  Di saat genting pun, listrik kerap padam tanpa pemberitahuan.   
Hingga saat ini, sudah tidak terhitung rasa sabar saya menghadapi gangguan listrik.  Setidaknya ada tiga kisah yang tidak mungkin terlupakan akibat hal tersebut. 

1.  Ledakan di gardu listrik
Ketika masih di bangku Sekolah Dasar, saya dan keluarga tinggal di rumah yang berdekatan dengan gardu listrik.  Bahkan, kamar saya tepat di sebelah tiang listrik bertegangan tinggi tersebut.  Nah, katika hujan turun, gardu tersebut sering bermasalah.  Petugas PLN yang datang untuk memperbaikinya sering menimbulkan suara ledakan yang membuat ngeri seisi rumah.  Kondisi ini sering terjadi.  Karena trauma, saya sering mengajak keluarga untuk mengungsi ketika ada petugas PLN datang untuk memperbaiki gardu.

2. Mati lampu saat ujian sidang
Ujian sidang merupakan salah satu persyaratan kelulusan sarjana.  Tak terkecuali bagi saya.  Kala itu, saya mepersiapkannya sematang mungkin untuk mempertahankan isi skripsi di hadapan dosen penguji, termasuk materi presentasi.
Tepat hari H, saya memulai presentasi dengan percaya diri menggunakan laptop dan infocus.  Namun, apa yang terjadi.  Baru beberapa slide, tiba-tiba listrik padam.  Ruangan menjadi gelap gulita, dan secara otomatis infocus juga berhenti beroperasi.
Akhirnya, saya harus melanjutkan sidang dengan kondisi seadanya.  Untungnya para dosen penguji bisa memakluminya dan saya lulus dengan nilai A.

3. Kulkas mati sediaan ASI terancam
Sebagai seorang suami, saya mendukung istri untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada sang buah hati kami.  Walau bekerja, istri selalu menyiapkan sediaan ASI di kulkas dalam bentuk beku.  Tujuannya agar dapat disajikan untuk buah hati ketika sang bunda bekerja.
Tapi apa jadinya, ketika kulkas tidak berfungsi akibat mati listrik.  Banyak ASI beku yang akhirnya rusak dan terbuang, karena suhu dingin yang tidak tercapai.  Bisa dibayangkan, bagaimana sedihnya seorang Ibu yang telah bersusah payah memeras ASI nya, dan ternyata akhirnya tidak bisa dinikmati oleh anak.  Untungnya, anak kami masih bisa melaluinya dan lulus ASI eksklusif.  Namun tidak jarang, saya mendengar keluhan yang akhirnya dengan terpaksa, seorang ibu harus memberikan susu formula kepada anaknya akibat rusaknya ASI yang disimpan beku dan tidak tersedia cukup ASI cadangan untuk diberikan kepada anak ketika ibu sedang bekerja.
Padahal Pemerintah melalui PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF dengan tegas menganjurkan pemberian ASI.  Bahkan, pihak-pihak yang tidak mendukung hal tersebut mendapat ancaman hukuman dalam berbagai tingkatan, mulai dai teguran, denda, hingga penjara.

Tiga kisah tadi membuat saya semakin menyadari pentingnya peran Perusahaan Listrik Negara (PLN).  Tentu sangat mustahil untuk mengharapkan instansi tersebut menjadi sempurna, tetapi harapan agar PLN menjadi lebih profesional dan bertanggung jawab tetap ada.    Saya yakin, PLN telah memiliki "sejuta" program untuk menjadi lebih baik.  Namun tidak ada salahnya jika sedikit memberi saran, yang mungkin sebagian telah diakomodasi oleh PLN.

1.  Kembangkan listrik dari sumber daya alam terbarukan, seperti matahari, panas bumi, gelombang laut, arus sungai dan lainnya. 
2.  Kembangkan sistem listrik melalui jaringan bawah tanah, sehingga kabel-kabel listrik tidak lagi menghalangi penghijauan.
3.  Jadikan listrik terjangkau dan ramah, agar bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia

Semoga ke depannya, listrik bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, dan tidak ada lagi anak-anak yang trauma karena ledakan gardu PLN, tidak ada lagi siswa dan mahasiswa yang terhambat prestasinya gara-gara mati lampu, dan tidak ada lagi bayi yang terampas haknya atas pemberian ASI eksklusif.  Selamat berjuang PLN@hendryfri


2 komentar: